Vote Getter, Money Getter
Suara Merdeka tanggal 24 September 2008(kolom GAGASAN)
Ketika pilihan rakyat tidak menentukan lagi karena semua ditentukan partai, mulailah terjadi kerusakan sistem. Kepercayaan pemilih bisa dikesampingkan hanya karena si vote getter tidak mampu membayar untuk nomor jadi. Menjadi wakil rakyat hal yang luar biasa sulitnya. Bukan karena tuntutan menguasai permasalahan pemilih, memberi pemecahan dan jalan keluar.
Kesulitan terjadi karena gedung wakil rakyat saat ini bukan ajang untuk mengedepankan nurani. Juga bukan tempat yang tepat mendengar suara hati apalagi untuk mendeteksi cahaya lentera jiwa. Tapi segenap upaya dicurahkan berdasarkan kalkulasi untung rugi secara materi.
Menyadari betapa sulit dan mahalnya meraih jabatan terhormat, kerakusan akhirnya menjadi fokus agar secara pribadi tidak rugi. Setelah menjadi orang terhormat, menjelmalah menjadi money getter. Dari persuasi, manipulasi hingga intimidasi penuh ”kreasi”, jadilah pendulang uang piawai. Kuras semua.
Maka jargon untuk mengatasi demam berdarah juga berlaku yaitu menguras/menggali dan menutup rapat semua kerakusan yang dilakukan secara sistematis. Diiringi ritual fit and proper test, interpelasi dan membuat RUU, akhirnya malah mabuk. Kalau pemain kuda lumping kerasukan dengan menari hingga makan beling, maka orang yang kerasukan tersebut ke sana ke mari cari komisi.
Kerasukan akhirnya berakibat lupa (jati) diri. Tak cukup hanya itu semua. Di antara mereka ketahuan punya simpanan. Tahu track record dan program karya calon pemimpin, calon wakil rakyat mendatang, sangat penting agar masyarakat bisa selektif memilih calon pemimpinnya. Ayo bangkit dan majulah Indonesia.
Purnomo Iman Santoso (El)
Villa Aster Blok G/10 Srondol, Semarang