Thursday, November 27, 2008

Kasihi Istri Pertama

Suara Merdeka tanggal 27 November 2008(Kolom GAGASAN)

Kisah di bawah ini tidak ada hubungannya dengan pro-kontra, dukung-mendukung hingga pamer poligami. Tidak juga terkait pendapat pakar. Kisah ini sekedar kutipan dari Buletin Pelita Kehidupan. Tokohnya pasti fiktif untuk memudahkan penyampaian pesan sebagai perenungan.

Suatu ketika, ada suami punya 4 istri tapi istri yang keempat sangat dikasihinya.
Karenanya mendapatkan harta dan kesenangan sebab dia yang tercantik di antara semua istrinya. Orang itu juga mencintai istri ketiga dan bangga karena selalu berusaha memperkenalkan kepada semua temannya. Namun dia juga selalu khawatir kalau istrinya akan lari dengan pria lain. Begitu juga istri kedua. Dia pun menyukai karena sabar dan pengertian.
Sedang istri pertama adalah pasangan setia yang selalu membawa perbaikan bagi kehidupan seluruh keluarga dan setia mengikuti ke mana suami pergi. Walau istri pertama begitu sayang padanya, namun si suami tak begitu mencintai.

Suatu ketika suami sakit dan menyadari akan segera meninggal. Lalu dia meminta semua istrinya datang dan bertanya.

Dimulai dari istri keempat, ”Kau paling kucintai, kalau aku mati maukah ikut mendampingiku?” Jawabnya, ”Kalau engkau mati, aku akan meninggalkanmu”. Kemudian tanya ke istri ketiga: ”Aku pun mencintaimu sepenuh hati dan kini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku”. Dia menjawab: ”Hidup begitu indah di sini. Aku akan menikah lagi jika kau mati".

Lalu bertanya ke istri kedua: ”Aku selalu berpaling kepadamu setiap mendapat masalah dan kau selalu membantuku. Kalau aku mati, maukah kau mendampingiku?”. Istri kedua menjawab:"Maafkan, aku tak bisa menolongmu. Aku hanya bisa mengantarmu ke liang kubur saja. Nanti kubuatkan makam yang indah buatmu”.

Si suami putus asa. Tiba-tiba terdengar suara: ”Aku akan tinggal denganmu dan ikut ke mana pun kau pergi. Aku tak akan meninggalkanmu, aku setia bersamamu”. Suami menoleh ke arah suara itu dan mendapati istri pertamanya. Dia tampak begitu kurus, badannya seperti orang kelaparan.

Merasa menyesal suaminya bergumam: ”Kalau aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, aku takkan membiarkan kau seperti ini istriku”.

Orang sering lebih mengasihi istri keempat dibanding yang lain. Juga suka membanggakan istri ketiga, selalu bergantung kepada istri kedua, namun kadang tak mengasihi istri pertama.

Istri keempat adalah tubuh. Kita banyak memberi waktu dan mengeluarkan banyak biaya untuk merawatnya sehingga tampak indah dan gagah. Namun dia akan pergi jika kita mati. Tak ada keindahan dan kegagahan saat kita menghadap-Nya. Istri ketiga adalah status sosial dan kekayaan. Banyak orang mengejar tanpa mengenal waktu. Setelah itu memamerkan dengan penuh kesombongan.

Istri kedua adalah kerabat dan teman. Sedekat apa pun hubungannya, mereka tak bisa bersama selamanya. Hanya sampai kubur mereka menemani. Istri pertama adalah roh. Sesungguhnya, orang sering mengabaikan dan melupakan demi kekayaan dan kesenangan jasmani. Padahal roh akan terus mendampingi ke mana pun orang melangkah. Hanya roh yang dibawa saat menghadap Sang Pencipta.

Purnomo Iman Santoso (EI)
Villa Aster II Blok G/10 Srondol, Semarang